Kalah 0-2 oleh gol Kevin Prince-Boateng dan Sulley Muntari di laga pertama, malam ini Barcelona akan menjamu AC Milan di
leg II babak 16 besar Liga Champions.
Dalam
sejarah kompetisi Eropa, kedua tim ini telah bertemu 14 kali di Liga
Champions dan 1 kali di Piala Super. Di panggung Eropa ini, dalam satu
dekade terakhir, baik Milan maupun Barcelona dapat dikatakan sebagai
raja. Dalam rentang waktu 2003-2007 AC Milan pernah 3 kali melaju ke
final dan meraih 2 gelar, sementara pada 2006-2011 Barcelona meraih 3
gelar juara.
Salah satu pertandingan mereka monumental, ketika
Milan menghempaskan Barcelona 4-0 di final musim 1993/1994. Barcelona
yang kala itu diperkuat pemain-pemain pemain kelas dunia semacam Ronald
Koeman, Hristo Stoichkov, dan Romario harus menelan kekalahan karena dua
gol dari Daniele Massaro, serta satu gol dari Dejan Savicevic dan
Marcel Desailly. Pertandingan itu pun jadi laga yang menasbihkan Fabio
Capello sebagai pelatih muda berbakat di dataran Eropa.
Uniknya,
kondisi Barca dan Milan di final 19 tahun lalu itu mirip dengan kondisi
kedua tim saat ini. Kala itu Milan baru ditinggal para pilarnya dari
negeri Belanda, yaitu trio Gullit-Van Basten-Riijkaard, dan kehilangan
dua centerback andalannya karena cedera: Baresi dan Costacurta.
Sementara Barcelona yang diarsiteki seorang jenius Johan Cruyff sedang
berada di puncak permainannya.
Kondisi sama pun seolah berulang
lagi di babak 16 besar kali ini. Musim ini Milan baru saja ditinggal
para legendanya: Seedorf, Nesta, Inzaghi, dkk, serta harus kehilangan
striker andalannya, Pazzini (cedera) dan Balotelli, yang terlanjur
terdaftar bersama Manchester City di Liga Champions. Sementara Milan
terseok-seok di awal musim, Barcelona melaju mulus di La Liga.
Sebagaimana keterkejutan banyak orang atas kekalahan sang
dream-team
pada 1994, kemenangan Milan atas Barcelona pada 20 Februari lalu juga
di luar dugaan banyak pecinta sepak bola. Bedanya kali ini pertandingan
tidak berjalan selama 90 menit. Di depan puluhan ribu pendukungnya
Barcelona masih memiliki kesempatan untuk meraih satu tiket ke babak
selanjutnya.
Prediksi Formasi: 4-3-3 versus 4-3-3Dengan
cedera yang dialami De Jong, Bonera, Antonini, Pazzini, serta Philippe
Mexes yang juga diragukan untuk tampil, Milan sebenarnya tidak memiliki
banyak pilihan untuk mengubah-ubah formasi. Mereka diprediksi akan
menurunkan susunan pemain yang sama saat mengalahkan Barcelona di Milan,
dengan El-Shaarawy menjadi ujung tombak menggantikan Pazzini dan
Mbaye-Niang mengisi pos El-Shaarawy.
Namun, jika ingin bermain
lebih defensif, Milan bisa menurunkan Antonio Nocerino dan memainkan
formasi berlian di lini tengah untuk mematikan pergerakan-pergerakan
pemain tengah Barcelona. Selain itu, Nocerino juga bisa diplot untuk
membatasi gerak Jordi Alba seperti halnya Jose Calejon saat Real Madrid
mengalahkan Barcelona 2 pekan lalu.
Kunci kemenangan Milan 3
pekan lalu sesungguhnya bukan terletak pada susunan formasinya, namun
pada kedisiplinan baik lini tengah maupun lini belakang dalam bertahan,
serta peran masing-masing pemain tengahnya. Ambrosini akan menahan
gempuran pemain Barca, Montolivo mengalirkan bola ke samping, sementara
Muntari dengan energinya akan memberikan kecepatan saat melakukan
serangan balik. Hal ini mirip dengan yang dilakukan oleh Cesare
Prandelli di Italia dengan De Rossi, Pirlo, dan Marchisio.
Sementara
itu, di kubu Barcelona, Jordi Roura dapat menurunkan pemain-pemain
terbaiknya. Dalam La Liga pekan lalu, Messi, Iniesta, Busquets, Jordi
Alba, Pique, dan Pedro telah diistirahatkan demi menghadapi laga ini.
Dengan
rapatnya lini tengah, kunci untuk membongkar pertahanan AC Milan
sendiri terletak di sisi lateral lapangan. Kombinasi Messi-Alves-Pedro
di sisi kiri bisa merepotkan Kevin Constant, sementara Jordi Alba akan
coba meregangkan ruang permainan di sisi kanan sehingga Fabregas atau
Iniesta bisa menusuk masuk ke dalam kotak penalti.
Key Player: El Shaarawy dan Lionel Messi Dengan
absennya Pazzini, El-Shaarawy akan jadi andalan Max Allegri dalam
mencetak gol. Sejauh ini di Liga Champions ia jadi pencetak gol
terbanyak Milan dengan 2 gol. Namun, Allegri juga bisa mengharapkan
El-Shaarawy untuk menciptakan peluang bagi rekan-rekannya. Di kompetisi
ia telah mencetak 2
assist dan 4 di ajang Serie-A.
Di kubu Barcelona, Lionel Messi tetap jadi pemain yang akan diandalkan saat tim ini mengalami kebuntuan. Total 5 gol dan 2
assist telah
ia berikan di Champions League musim ini. Kemampuan pemain asal
Argentina dalam menjebol gawang lawan juga sudah tidak perlu
dipertanyakan lagi. Dalam 27 kali penampilannya bersama Barca di La Liga
ia sudah memasukkan bola dalam gawang sebanyak 40 kali, atau rataan
1,48 gol perpertandingan.
Key BattleDani Alves vs El Shaarawy
Dengan
keadaan 2-0, gol tandang jadi hal krusial. Satu gol saja yang dibuat
oleh Milan maka Barcelona berarti harus mencetak 4 gol untuk dapat
lolos. Bukan sesuatu hal yang mustahil, memang. Tapi akan berat untuk
dilakukan.
Apalagi lini pertahanan Barca tidak sedang berada di
puncak performa. Dari 14 laga terakhi, baru di pertandingan pekan lalu
melawan Deportivo La Coruna saja Barca tidak kebobolan.
Hal
inilah yang harus dimanfaatkan oleh Allegri terutama dengan memanfaatkan
serangan balik. Baik Jordi Alba maupun Dani Alves akan membantu Messi
dan Iniesta di sayap kiri-kanan sehingga akan tercipta ruang yang bisa
dieksploitas baik Sharaawy maupun Mbaye-Niang untuk masuk menusuk dari
sisi sayap kanan-kiri lapangan.
Selain itu, kehadiran
El-Shaarawy di sisi kiri lapangan juga setidaknya akan membatasi gerak
Alves dalam menyerang dan mematikan kombinasi Messi-Alves yang sudah
padu dalam 3 tahun terakhir. Dalam pertandingan lalu, kombinasi
Messi-Alves akan lebih berbahaya dibandingkan dengan
Iniesta-Fabregas-Alba di sayap kiri.
Xavi Hernandez vs Kevin Prince Boateng
Dalam
pertandingan melawan Juventus, Allegri memplot Boateng untuk bermain
lebih dalam dan mengganggu peran Andrea Pirlo. Hal yang sama dapat
dilakukan Allegri untuk menggangu peran Xavi Hernandez sehingga aliran
bola ke arah Iniesta dan Messi terganggu. Boateng yang bermain lebih
dalam ini akan membebaskan Ambrossini untuk membantu Philippe Mexes
dalam menjaga pergerakan Lionel Messi.
Lionel Messi vs Philippe Mexes Dilihat
dari grafik kebobolan AC Milan di bawah ini terlihat bahwa Milan acap
kali kebobolan dari luar kotak penalti. Bahkan, dari 32 kali kebobolan
di Serie-A, 8 kalinya berasal dari tendangan pemain-pemain tengah lawan
dari jarak jauh.
Di
kubu Barcelona, Lionel Messi jadi pemain yang bisa diandalkan untuk
mencetak gol-gol semacam ini. Ia acap kali bergerak ke dalam di
sepertiga lapangan akhir sementara Alves akan merangsek naik menjaga
ruang permainan tetap lebar. Saat masuk ke poros tengah lapangan inilah
Messi biasanya melancarkan tendangan-tendangan jarak jauh.
Philippe
Mexes, yang bertugas dengan baik di pertandingan pertama dalam
menghambat gerakan-gerakan Messi, akan bertarung lagi dengan pemain
terbaik di dunia ini jika kondisi kesehatannya sudah pulih. Namun Milan
harus berhati-hati. Naiknya Mexes untuk menjaga Messi akan menyisakan
celah yang dapat diekploitasi oleh Pedro atau David Villa.